Minggu, 10 Agustus 2014

TANAMAN KARET



PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tinggi dan berbatang cukup besar. Pohon dewasa dapat mencapai tinggi antara 15-30 m. Perakarannya cukup kuat. Akar tunggangnya dalam dengan akar cabang yang kokoh. Pohonnya tumbuh lurus dan bercabang yang tinggi di atas. Batangnya mengeluarkan getah yang sering disebut lateks. Lateks inilah yang nantinya menjadi bahan baku karet.
Daun karet berwarna hijau. Daun ini ditopang oleh tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan tangkai anak daunnya antara 3-10 cm. Pada setiap helai daun karet biasanya terdapat 3 anak daun. Pada ujung anak daun terdapat kelenjar. Pada musim kemarau daun karet rontok didahului dengan perubahan daun menjadi kuning atau merah.
            Sekarang sudah banyak ditemukan klon tanaman karet. Klon yang dianjurkan untuk ditanam dalam skala besar diantaranya adalah klon AVROS, PBM 1, BPM 24, GT 1, LCB 1320, PR 255, PR 261, PR 300, RRIM 600, dan RRIM 712. Untuk penanaman yang luas, dianjurkan menanam 2 klon atau lebih. Bagi perkebunan rakyat, sebaiknya menggunakan klon AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, GT 1, PR 261, PR 300, dan PR 303.

Kegunaan

            Kegunaan karet sebagai tanaman perkebunan sudah tidak asing lagi karena banyak sekali benda dan peralatan di sekitar  kita yang bahan bakunya dari karet. Mulai dari peralatan rumah tangga sampai industri-industri besar banyak yang menggunakan bahan baku karet. Sepatu dan sandal merupakan sebagian kecil peralatan rumah tangga yang menggunakan karet. Dalam industri kapal terbang pun bahan baku karet banyak digunakan. Selain fungsi produksi, tanaman karet juga mempunyai pengaruh yang baik terhadap tanah. Tanaman ini dapat mencegah erosi dan tanah longsor. Selain itu, daunnya yang berguguran dapat membentuk humus sehingga dapat menyuburkan tanah.

ISI

Tanaman Karet        

            Untuk pertumbuhan terbaiknya, tanaman karet memerlukan persyaratan iklim dan tanah yang sesuai. Sesuai dengan daerah asalnya, Brazil yang beriklim tropis, daerah yang cocok ditanami karet yaitu daerah yang berada antara 150 LU-100 LS. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet antara 25-300 C.
            Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman karet anatara 6-700 m dari permukaan laut. Selain itu, tanaman karet menyenangi curah hujan yang cukup tinggi antara 2.000-2.500 mm setahun. Kebutuhan sinar matahari juga cukup tinggi, dalam sehari 5-7 jam dengan intensitas yang cukup.
            Tanaman karet termasuk tanaman perkebunan yang mempunyai toleransi cukup tinggi terhadap kesuburan tanah. Tanaman ini tidak menuntut kesuburan tanah yang terlalu tinggi. Tanah yang kurang subur seperti podsolik merah kuning yang banyak dijumpai di Indonesia dan Malaysia masih ptoduktif untuk perkebunan karet asal dibantu dengan pemupukan dan pengolahan yang baik. Di daerah latosol dan aluvial tanaman karet juga bisa tumbuh dengan baik. Tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik pada kisaran pH 3,5-7,5. Meskipun demikian tanaman karet akan berproduksi maksimal pada tanah yang subur dengan pH antara 5-6.

Penanaman

            Tanaman karet sebaiknya ditanam pada permulaan atau akhir musim penghujan (di pulau Jawa sekitar bulan Desember). Penanamannya bisa dilakukan secara monokultur atau tumpang sari. Pada penanaman monokultur bisa digunakan sistem tanam segi empat, segitiga, atau tidak teratur. Penanaman dengan sistem teratur hanya bisa dilaksanakan untuk tanah yang datar. Sedangkan untuk tanah yang miring dan diteras, sering digunakan jarak tanam tidak teratur. Dengan sistem segi empat bisa digunakan jarak tanam 4,5 × 5 m. Dengan sistem segi tiga bisa digunakan jarak tanam 3 × 7 m. Tanaman yang bisa ditumpang sari dengan karet di antaranya kopi, cengkeh, lada, dan lamtoro.
            Untuk daerah yang kemiringannya lebih dari 10%, harus dibuat teras kontur dengan jarak antar teras 7 m. Sedangkan penanmannya bisa dilakukan dengan jarak barisan sekitar 3 m. Untuk di daerah datar, penanamannya sesuai dengan jarak tanam yang akan digunakan. Pada waktu penanaman akar tunggang harus tegak lurus masuk ke dalam tanah. Jika bibitnya berasal dari okulasi dalam polibag, maka bibit dan kantong polibagnya dimasukkan ke dalam lubang tanam dan dibiarkan antara 2-3 minggu. Setelah itu polibagnya dibuka dan tanahnya diuruk kembali.
            Selain penanaman tanaman karetnya sendiri, perlu juga dilakukan penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman ini berguna untuk mencegah erosi, mempercepat matang sadap, dan mempertinggi hasil lateksnya. Ada tiga jenis tanaman penutup tanah yang dapat dipergunakan yaitu tanaman merayap, semak, dan tanaman pohon. Tanaman merayap yang biasa dipergunakan di antaranya jenis Leguminosae seperti Pueraria javanica, Centrosema pubescens, dan Calopogonium mucunoides. Sering kali ketiga jenis ini digabung dengan perbandingan 4:6:8 kg/ha. Tanaman semak yang sering digunakan di antaranya Crotalaria usaramoensis, C.  juncea, C. anagyroides, Tephrosia candida, dan T. vogelili. Sedangkan golongan pohon yang biasa digunakan adalah petai cina (Leucaena glauca). Tanaman penutup dari golongan pohon hanya dipakai di daerah yang sering terkena angin dan serangan babi hutan. 

Pemeliharaan

            Pemeliharaan tanaman karet dapat dibedakan menjadi pemeliharaan sebelum berproduksi dan pemeliharaan setelah berproduksi. Pemeliharaan tanaman sebelum berproduksi meliputi penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi dan penjarangan, serta pemeliharaan tanaman penutup tanah. Perawatan tanaman sesudah berproduksi meliputi pemupukan dan penyiangan.

Pemeliharaan sebelum berproduksi

            Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur satu sampai dua tahun. Sebelum penyulaman sebaiknya diketahui dulu penyebab kematian tanaman yang disulam. Dengan demikian, penyebabnya bisa dihilangkan dulu atau dicegah.
            Penyiangan bisa dilakukan secara manual dan kimia. Secara manual dilakukan dengan menggunakan cangkul atau parang. Sedangkan secara kimia bisa digunakan herbisida. Agar tanaman terpelihara dengan baik, penyiangan dilakukan 2-3 kali per tahun.
            Pada tanaman karet pemupukan mempunyai fungsi ganda, mempercepat pertumbuhan dan matang sadap. Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan pada saat pergantian musim hujan denagn kemarau, pemupukan bisa dilakukan dengan cara manual circle atau dengan cara chemical strip weeding.
            Cara pertama dilakukan dengan membuat saluran melingkar di sekitar pohon dengan jari-jari yang disesuaikan dengan umur tanaman. Untuk umur 3 - 5 bulan, jari-jari lingkaran dibuat 20 - 30 cm, umur 6 - 10 bulan jari-jarinya 20 - 45 cm, umur 11 - 20 bulan jari-jarinya 40 - 60 cm, umur 21 - 48 bulan jari-jarinya    40 - 90 cm, dan lebih dari 48 bulan jari-jarinya 50 - 120 cm. Setelah saluran dibuat, pupuk ditaburkan secara merata.
            Cara kedua dilakukan dengan membuat saluran memanjang berjarak         1 - 1,5 m dari barisan tanaman. Kemudian pupuk ditaburkan secara merata ke dalam saluran tersebut. Dosis pemupukan disesuaikan dengan jenis tanahnya.

DOSIS PEMUPUKAN TANAMAN KARET SEBELUM BERPRODUKSI UNTUK TANAH PODSOLIK MERAH KUNING

Jenis Pupuk (g/pohon/aplikasi)
Umur (bulan)
Urea
DS
KCl
3
21,73
31,97
13
9
43,47
63,94
26
15
65,21
95,92
36
21
86,95
127,89
52
27
108,69
159,86
65
33
130,43
192,84
78
39
173,91
255,78
104
45
217,39
319,73
150
51
260,86
383,68
256


DOSIS PEMUPUKAN TANAMAN KARET SEBELUM BERPRODUKSI UNTUK TANAH LATOSOL

Jenis Pupuk (g/pohon/aplikasi)
Umur (bulan)
Urea
DS
KCl
3
21,73
20,72
15
9
43,47
41,44
30
15
65,21
62,17
45
21
86,95
82,89
60
27
108,69
103,61
75
33
130,43
124,93
90
39
173,91
157,85
120
45
217,39
184,14
150
51
260,86
207,23
180

            Menjelang masak sadap, antara 4 - 6 tahun setelah tanam, perlu dilakukan seleksi pohon. Pohon yang dibiarkan adalah yang benar-benar baik dan tidak terserang penyakit. Sedangkan penjarangan dilakukan dengan membongkar pohon yang tidak baik dan terserang penyakit.

Pemeliharaan setelah berproduksi

            Penyiangan tanaman setelah berproduksi. Untuk penanaman yang luas lebih sering menggunakan herbisida seperti Gramoxone dan Paracol. Untuk gulma alang-alang (Imperata cylindrica), bisa digunakan herbisida sistematik seperti Basfapon, Dowpon, Gramavine, atau Pelitapon. Dosisnya disesuaikan dengan aturan pakai yang tertera pada labelnya. Penyiangan bisa dilakukan 4 - 6 tahun sekali.
            Untuk mendapatkan produksi yang tinggi, tanaman harus dipupuk secara kontinu dua kali setahun. Dosisnya harus disesuaikan dengan jenis tanah setempat.

DOSIS PEMUPUKAN TANAMAN YANG SUDAH BERPRODUKSI UNTUK JENIS TANAH LATOSOL DAN PODSOLIK MERAH KUNING

Jenis Pupuk (g/pohon/aplikasi)
Jenis Tanah
Urea
DS
KCl
Latosol
280,86
157,85
180
Podsolik merah kuning
280,86
383,68
156

Pemanenan

            Tanaman karet sudah dapat berproduksi pada umur 4 - 6 tahun setelah penanaman. Semakin tinggi ketinggian tempat biasanya umur siap sadapnya lebih tua. Setiap kenaikan 100 m dpl umur pohon siap sadap 0,5 tahun lebih tua. Tanaman yang sudah siap dipanen (disadap) bisanya ditandai dengan lingkar batang yang sudah mencapai 45 cm pada ketinggian 100 cm di atas tanah.
            Penyadapan tanaman karet yang berasal dari biji dilakukan pada ketinggian 100 cm dari permukaan tanah. Sedangkan pada tanaman yang berasal dari bibit okulasi dilakukan pada ketinggian 130 cm dari batas pertautan bidang okulasi. Penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit batang membentuk sudut    30 - 450. Ketebalan irisan sadap yang baik antara 1,5 - 2 mm. Sedangkan kedalaman sadap yang dianjurkan antara 1 - 1,5 mm dari lapisan kambium. Memang makin dalam penyadapan makin baik, tapi jangan sampai menyentuh lapisan kambium.
\           Bahan kimia yang digunakan sebagai antikoagulan adalah larutan soda (Na2CO3), amoniak (NH3) dan Natrium-sulfit (Na2SO3). Kebutuhan antikoagulan untuk tiap liter lateks kebun adalah sebanyak 5 - 10 cc larutan soda 10% atau         5 - 10 cc larutan amoniak 2 - 2,5% atau 5 - 10 cc larutan Natrium-sulfit 10%.

Penerimaan lateks

            Jika pembayaran upah para penyadap dilakukan untuk setiap satuan bobot karet kering, atau diberikan suatu premi tambahan untuk kelebihan hasil yang diperoleh di atas ketetapan yang sudah ditentukan, maka sudah seharusnya untuk kedua keadaan tersebut ditentukan pendapatan tiap hari untuk tiap penyadap. Walaupun penyadapan dilakukan dengan upah harian, pengawasan atas tiap penyadap seorang demi seorang juga perlu, baik pemeriksaan atas produksi maupun kadar karet dari lateks hasil sadapannya.

Pengumpulan gumpalan karet mutu rendah

            Selain hasil yang berupa lateks, dari kebun produksi diperoleh pula beberapa bahan bekuan yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan tersebut dapat berupa:
1.      Skrep (scrap)
            Skrep adalah bekuan lateks pada irisan/alur sadapan. Skrep berbentuk pita panjang yang dapat diambil dari alur sadap sesaat sebelum penyadapan dilakukan. Skrep ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan brown crape.
2.      Lump tanah
            Lump tanah atau karet tanah adalah lateks yang membeku pada tanah di sekitar pangkal batang di bawah irisan sadapan. Lump tanah diperoleh terutama pada penyadapan yang mangkoknya tiap hari diangkat dari batang. Pengumpulan lump tanah dilakukan dua kali dalam seminggu, dan lebih baik bila dilaksanakan pada tiap kali menyadap untuk menjaga jangan sampai diperoleh hasil karet yang berasal dari bahan baku lump yang mutunya sangat rendah.
3.      Lump mangkok
            Lump mangkok adalah lateks yang membeku pada mangkok. Lamp mangkok diperoleh pada penyadapan yang mangkoknya dibiarkan tetap berada pada pohon. Pengumpulan lump mangkok dilakukan setelah selesai menyadap hari itu juga, sambil menunggu saat pengumpulan lateks. Lump mangkok yang diperoleh dengan cara ini adalah lump yang bersih yang bila diolah menjadi krep dapat menjadi krep mutu I, atau bila diolah menjadi karet remah dapat menjadi SIR 10.
4.      Pengolahan SIT
            Sit (sheet) adalah salah satu produk karet alam yang telah sejak lama dikenal di pasaran. Pada masa sebelum Perang Dunia II, dalam perdagangan sit dikenal “Java Standard Sheet”, yaitu produk karet alam berupa lembaran-lembaran yang telah diasap, bersih dan liat, bebas dari buluk (jamur), tidak saling melekat, warnanya jernih, tidak tidak bergelembung udara, dan bebas dari akibat pengolahannya yang kurang sempurna. Urutan pengolahan sit oleh petani karet yaitu mencairkan lateks, menyaring lateks, menakar lateks, menakar asam semut, membekukan lateks, menipiskan koagulum, menggiling pada gilingan licin, menggiling pada gilingan kembang, mencuci lembaran, mengatur//menjemur, pengasapan dan pengeringan. Pada perkebunan rakyat dikenal jenis sit yang lebih rendah kualitasnya yang umumnya dihasilkan oleh petani-petani karet yang mengolah lateks menjadi sit dengan cara yang sederhana. Jenis sit yang kedua ini ada dua macam yaitu sit angin dan sit asap. Sit angin adalah lembaran-lembaran sit yang dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, dan umumnya berwarna putih kekuning-kuningan. Sedangkan sit asap berwarna coklat karena lembaran-lembaran sit tersebut mengalami pengasapan.
UKURAN SIT STANDAR
Standar model
Berat (kg)
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Tebal (mm)
Besar
1,5
135
45
3,35
Sedang
1,2-1,3
135
45
2,50
Kecil
1,0
90
45
3,35

5.      Pengolahan krep
            Krep (crepe) adalah produk lainnya yang dihasilkan dalam pengolahan karet alam. Bila menggunakan bahan baku lateks, pelaksanaan pungutan lateks atau penyadapan di kebun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh krep yang baik kualitasnya. Proses pembuatan krep dengan bahan baku lateks berlangsung dengan urutan pengolahan: penyaringan, pencampuran dan pengenceran lateks; pembekuan; penggilingan; pengeringan; sortasi; dan pembungkusan. Produk krep dapat digolongkan menjadi beberapa macam krep tergantung dari bahan baku atau perlakuan khusus untuk tujuan tertentu. Macam-macam krep yang dimaksud adalah:
1)      Thin pale crepe
Berupa lembaran-lembaran krep yang tipis berwarna kuning muda dengan tebal antara 1,0 - 1,7 mm. Krep ini berasal dari bahan baku lateks. Secara umum thin pale crepe inilah yang disebut krep.
2)      Thin brown crepe
Berupa lembaran-lembaran krep yang tipis berwarna kuning kecoklat-coklatan berasal dari bahan karet mutu rendah, seperti: screp, lump, busa dan sebagainya. Tebal lembaran 1,5 - 2,0 mm.
3)      Sole crepe
Sole crepe atau krep-sol adalah beberapa jenis krep yang licin dan rata, berwarna muda yang dikempa (dipres) menjadi lembaran-lembaran yang tebalnya berkisar antara 3,2 - 6,4 mm.
6.      Pengolahan karet remah
            Karet remah (crumb rubber) adalah produk karet alam yang relatif baru. Dalam perdagangan dikenal dengan sebutan “karet spesifik teknis”, karena penentuan kualitas atau penjenisannya dilaksanakan secara teknis dengan analisis yang teliti di laboratorium dan dengan menggunakan perlengkapan analisis yang mutakhir.
            Pada akhir-akhir ini dirasakan adanya persaingan yang makin kuat antara karet sintesis dan karet alam, di mana pada saat ini baik produksi maupun pemakaiannya, karet sintesis lebih tinggi daripada karet alam. Jalan keluar yang harus ditempuh oleh karet alam adalah berusaha mengatasi saingan tersebut dengan jalan menrunkan biaya produksi dan memperbaiki penyajiannya di pasaran dunia dengan bentuk baru yang berbeda dengan hasil pengolahan secara konvensional dengan mengikuti bentuk produk karet sintesis, yaitu berbentuk bongkah. Bentuk bongkah dibuat setelah bahan baku karet alam ini melalui peremahan lebih dahulu, sehingga disebut juga karet remah atau crumb rubber.  Karet spesifikasi teknis adalah jenis produk karet :
a.       Yang diperdagangkan dengan spesifikasi mutu teknis dengan bermacam-macam karakteristik antara lain : SIR 5 CV, SIR 5 LV, SIR 5 L, SIR 5, SIR 10, SIR 20 dan SIR 50.
b.      Yang diperdagangkan dengan bentuk bongkah berukuran 28 × 14 × 6,5 inci3 atau 70  cm × 35 cm × 16,25 cm dengan bobot 33,3 kg, 34 kg dan 35 kg per bongkah, terbungkus rapi dengan plastic politein setebal 0,03 mm dengan titik pelunakan 1080C, berat jenis (specific gravity) 0,92 dan bebas dari bermacam-macam pelapis (coating).
STANDAR SPESIFIKASI SIR
Spesifikasi
SIR 5
SIR 20
SIR 35
SIR 50
Kadar Kotoran (%)
0,05
0,20
0,35
0,50
Kadar Abu (%)
0,50
0,75
1,00
1,25
Kadar Zat Menguap (%)
1,00
1,00
1,00
1,00

7.      Pengolahan lateks pekat
             Selain ketiga bentuk produk alam yang telah diuraikan yaitu sit, krep dan karet remah, dalam perdagangan masih dikenal jenis produk lainnya yang masih berbentuk lateks.
            Lateks kebun umumnya mengandung kadar karet (KKK) antara 25-35%. Lateks ini belum dapat dipasarkan karena masih terlalu encer dan belum sesuai untuk digunakan sebagai bahan industri karet pada umumnya. Dengan demikian, lateks ini perlu dipekatkan terlebih dahulu hingga memiliki kadar karet kering 60% atau lebih. Lateks dengan KKK 60% atau lebih ini dikenal dengan sebutan lateks pekat (concentrate latex). Proses pembuatan lateks pekat secara besar dapat dilakukan dengan tiga cara : pemusingan (centrifuge), pendadihan (creaming), dan penguapan (evaporating), akan tetapi cara yang disebut terakhir ini tidak banyak dilakukan.

Peranan karet

            Peranan karet dan barang karet terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil mengingat Indonesia merupakan produsen karet no 2 terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,55 juta ton pada tahun 2007 setelah Thailand (produksi sebesar 2,97 juta ton) dan Negara yang memiliki luas lahan karet terbesar di dunia dengan luas lahan mencapai 3,4 juta hektar di tahun 2007. Sedang Perkembangan harga karet menunjukkan trend cukup baik akibat meningkatnya permintaan dari Negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi oleh industrialisasi  seperti Cina (rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 10%) dan India (8%). Disamping dari negara tersebut, permintaan dari Negara industrijuga cukup tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea dan Negara-negara industri di Eropa.

            Menurut Perkiaraan IRSG (Internasional Rubber Study Group) pada tahun 2020 dengan proyeksi permintaan dunia mencapai 10,9 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi per tahun sebesar 99%, akan terjadi kekurangan pasokan karet bila produksi karet tidak mengalami pertumbuhan tinggi (di atas 9%).

            Disamping pengelolaan lahan, optimalisasi di sector hilir karet juga perlu ditingkatkan. Hal tersebut terkait dengan masih rendahnya penyerapan hasil perkebunan  karet oleh sektor industri pengolahan. Hanya sekitar 10 - 15% hasil produksi karet alam yang dipergunakan industri dalam negeri baik untuk industri ban, alas kaki, otomotif dan sarung tangan. Kondisi karet mengakibatkan produsen karet menitik beratkan hasil berupa karet mentah untuk kebutuhan ekspor. Hal ini disebabkan pemrosesan karet menjadi produk barang jadi karet untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri lebih banyak diimpor. Berbeda dengan Indonesia, Cina dan India yang juga merupakan produsen utama karet alam dan mengkonsumsi hampir seluruh produksinya untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.


DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, A. I., 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta
Setyamidjaja, D., 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.