PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang
tinggi dan berbatang cukup besar. Pohon dewasa dapat mencapai tinggi antara
15-30 m. Perakarannya cukup kuat. Akar tunggangnya dalam dengan akar cabang
yang kokoh. Pohonnya tumbuh lurus dan bercabang yang tinggi di atas. Batangnya
mengeluarkan getah yang sering disebut lateks. Lateks inilah yang nantinya
menjadi bahan baku karet.
Daun karet berwarna
hijau. Daun ini ditopang oleh tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan tangkai anak daunnya antara 3-10
cm. Pada setiap helai daun karet biasanya terdapat 3 anak daun. Pada ujung anak
daun terdapat kelenjar. Pada musim kemarau daun karet rontok didahului dengan
perubahan daun menjadi kuning atau merah.
Sekarang sudah banyak ditemukan klon
tanaman karet. Klon yang dianjurkan untuk ditanam dalam skala besar diantaranya
adalah klon AVROS, PBM 1, BPM 24, GT 1, LCB 1320, PR 255, PR 261, PR 300, RRIM
600, dan RRIM 712. Untuk penanaman yang luas, dianjurkan menanam 2 klon atau
lebih. Bagi perkebunan rakyat, sebaiknya menggunakan klon AVROS 2037, BPM 1,
BPM 24, GT 1, PR 261, PR 300, dan PR 303.
Kegunaan
Kegunaan
karet sebagai tanaman perkebunan sudah tidak asing lagi karena banyak sekali
benda dan peralatan di sekitar kita yang
bahan bakunya dari karet. Mulai dari peralatan rumah tangga sampai
industri-industri besar banyak yang menggunakan bahan baku karet. Sepatu dan
sandal merupakan sebagian kecil peralatan rumah tangga yang menggunakan karet. Dalam
industri kapal terbang pun bahan baku karet banyak digunakan. Selain fungsi
produksi, tanaman karet juga mempunyai pengaruh yang baik terhadap tanah.
Tanaman ini dapat mencegah erosi dan tanah longsor. Selain itu, daunnya yang
berguguran dapat membentuk humus sehingga dapat menyuburkan tanah.
ISI
Tanaman Karet
Untuk
pertumbuhan terbaiknya, tanaman karet memerlukan persyaratan iklim dan tanah yang
sesuai. Sesuai dengan daerah asalnya, Brazil yang beriklim tropis, daerah yang
cocok ditanami karet yaitu daerah yang berada antara 150 LU-100
LS. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet antara 25-300 C.
Ketinggian
tempat yang cocok untuk tanaman karet anatara 6-700 m dari permukaan laut.
Selain itu, tanaman karet menyenangi curah hujan yang cukup tinggi antara
2.000-2.500 mm setahun. Kebutuhan sinar matahari juga cukup tinggi, dalam
sehari 5-7 jam dengan intensitas yang cukup.
Tanaman karet termasuk tanaman
perkebunan yang mempunyai toleransi cukup tinggi terhadap kesuburan tanah.
Tanaman ini tidak menuntut kesuburan tanah yang terlalu tinggi. Tanah yang
kurang subur seperti podsolik merah kuning yang banyak dijumpai di Indonesia
dan Malaysia masih ptoduktif untuk perkebunan karet asal dibantu dengan
pemupukan dan pengolahan yang baik. Di daerah latosol dan aluvial tanaman karet
juga bisa tumbuh dengan baik. Tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik pada kisaran
pH 3,5-7,5. Meskipun demikian tanaman karet akan berproduksi maksimal pada
tanah yang subur dengan pH antara 5-6.
Penanaman
Tanaman
karet sebaiknya ditanam pada permulaan atau akhir musim penghujan (di pulau
Jawa sekitar bulan Desember). Penanamannya bisa dilakukan secara monokultur
atau tumpang sari. Pada penanaman monokultur bisa digunakan sistem tanam segi
empat, segitiga, atau tidak teratur. Penanaman dengan sistem teratur hanya bisa
dilaksanakan untuk tanah yang datar. Sedangkan untuk tanah yang miring dan
diteras, sering digunakan jarak tanam tidak teratur. Dengan sistem segi empat
bisa digunakan jarak tanam 4,5 × 5 m. Dengan sistem segi tiga bisa digunakan
jarak tanam 3 × 7 m. Tanaman yang bisa ditumpang sari dengan karet di antaranya
kopi, cengkeh, lada, dan lamtoro.
Untuk
daerah yang kemiringannya lebih dari 10%, harus dibuat teras kontur dengan
jarak antar teras 7 m. Sedangkan penanmannya bisa dilakukan dengan jarak
barisan sekitar 3 m. Untuk di daerah datar, penanamannya sesuai dengan jarak
tanam yang akan digunakan. Pada waktu penanaman akar tunggang harus tegak lurus
masuk ke dalam tanah. Jika bibitnya berasal dari okulasi dalam polibag, maka
bibit dan kantong polibagnya dimasukkan ke dalam lubang tanam dan dibiarkan
antara 2-3 minggu. Setelah itu polibagnya dibuka dan tanahnya diuruk kembali.
Selain penanaman tanaman karetnya
sendiri, perlu juga dilakukan penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman ini
berguna untuk mencegah erosi, mempercepat matang sadap, dan mempertinggi hasil
lateksnya. Ada tiga jenis tanaman penutup tanah yang dapat dipergunakan yaitu
tanaman merayap, semak, dan tanaman pohon. Tanaman merayap yang biasa
dipergunakan di antaranya jenis Leguminosae seperti Pueraria javanica, Centrosema
pubescens, dan Calopogonium
mucunoides. Sering kali ketiga jenis ini digabung dengan perbandingan 4:6:8
kg/ha. Tanaman semak yang sering digunakan di antaranya Crotalaria usaramoensis, C. juncea, C. anagyroides, Tephrosia
candida, dan T. vogelili.
Sedangkan golongan pohon yang biasa digunakan adalah petai cina (Leucaena glauca). Tanaman penutup dari
golongan pohon hanya dipakai di daerah yang sering terkena angin dan serangan
babi hutan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman karet dapat
dibedakan menjadi pemeliharaan sebelum berproduksi dan pemeliharaan setelah
berproduksi. Pemeliharaan tanaman sebelum berproduksi meliputi penyulaman,
penyiangan, pemupukan, seleksi dan penjarangan, serta pemeliharaan tanaman
penutup tanah. Perawatan tanaman sesudah berproduksi meliputi pemupukan dan
penyiangan.
Pemeliharaan sebelum berproduksi
Penyulaman
dilakukan pada saat tanaman berumur satu sampai dua tahun. Sebelum penyulaman
sebaiknya diketahui dulu penyebab kematian tanaman yang disulam. Dengan
demikian, penyebabnya bisa dihilangkan dulu atau dicegah.
Penyiangan
bisa dilakukan secara manual dan kimia. Secara manual dilakukan dengan
menggunakan cangkul atau parang. Sedangkan secara kimia bisa digunakan
herbisida. Agar tanaman terpelihara dengan baik, penyiangan dilakukan 2-3 kali
per tahun.
Pada
tanaman karet pemupukan mempunyai fungsi ganda, mempercepat pertumbuhan dan
matang sadap. Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan pada saat pergantian musim
hujan denagn kemarau, pemupukan bisa dilakukan dengan cara manual circle atau dengan cara chemical strip weeding.
Cara
pertama dilakukan dengan membuat saluran melingkar di sekitar pohon dengan
jari-jari yang disesuaikan dengan umur tanaman. Untuk umur 3 - 5 bulan,
jari-jari lingkaran dibuat 20 - 30 cm, umur 6 - 10 bulan jari-jarinya 20 - 45
cm, umur 11 - 20 bulan jari-jarinya 40 - 60 cm, umur 21 - 48 bulan jari-jarinya
40 - 90 cm, dan lebih dari 48 bulan
jari-jarinya 50 - 120 cm. Setelah saluran dibuat, pupuk ditaburkan secara
merata.
Cara
kedua dilakukan dengan membuat saluran memanjang berjarak 1 - 1,5 m dari barisan tanaman. Kemudian pupuk
ditaburkan secara merata ke dalam saluran tersebut. Dosis pemupukan disesuaikan
dengan jenis tanahnya.
DOSIS PEMUPUKAN
TANAMAN KARET SEBELUM BERPRODUKSI UNTUK TANAH PODSOLIK MERAH KUNING
Jenis Pupuk (g/pohon/aplikasi)
|
|||
Umur (bulan)
|
Urea
|
DS
|
KCl
|
3
|
21,73
|
31,97
|
13
|
9
|
43,47
|
63,94
|
26
|
15
|
65,21
|
95,92
|
36
|
21
|
86,95
|
127,89
|
52
|
27
|
108,69
|
159,86
|
65
|
33
|
130,43
|
192,84
|
78
|
39
|
173,91
|
255,78
|
104
|
45
|
217,39
|
319,73
|
150
|
51
|
260,86
|
383,68
|
256
|
DOSIS PEMUPUKAN TANAMAN
KARET SEBELUM BERPRODUKSI UNTUK TANAH LATOSOL
Jenis Pupuk (g/pohon/aplikasi)
|
|||
Umur (bulan)
|
Urea
|
DS
|
KCl
|
3
|
21,73
|
20,72
|
15
|
9
|
43,47
|
41,44
|
30
|
15
|
65,21
|
62,17
|
45
|
21
|
86,95
|
82,89
|
60
|
27
|
108,69
|
103,61
|
75
|
33
|
130,43
|
124,93
|
90
|
39
|
173,91
|
157,85
|
120
|
45
|
217,39
|
184,14
|
150
|
51
|
260,86
|
207,23
|
180
|
Menjelang
masak sadap, antara 4 - 6 tahun setelah tanam, perlu dilakukan seleksi pohon.
Pohon yang dibiarkan adalah yang benar-benar baik dan tidak terserang penyakit.
Sedangkan penjarangan dilakukan dengan membongkar pohon yang tidak baik dan
terserang penyakit.
Pemeliharaan setelah berproduksi
Penyiangan
tanaman setelah berproduksi. Untuk penanaman yang luas lebih sering menggunakan
herbisida seperti Gramoxone dan Paracol. Untuk gulma alang-alang (Imperata cylindrica), bisa digunakan
herbisida sistematik seperti Basfapon,
Dowpon, Gramavine, atau Pelitapon.
Dosisnya disesuaikan dengan aturan pakai yang tertera pada labelnya. Penyiangan
bisa dilakukan 4 - 6 tahun sekali.
Untuk
mendapatkan produksi yang tinggi, tanaman harus dipupuk secara kontinu dua kali
setahun. Dosisnya harus disesuaikan dengan jenis tanah setempat.
DOSIS PEMUPUKAN
TANAMAN YANG SUDAH BERPRODUKSI UNTUK JENIS TANAH LATOSOL DAN PODSOLIK MERAH
KUNING
Jenis Pupuk (g/pohon/aplikasi)
|
|||
Jenis Tanah
|
Urea
|
DS
|
KCl
|
Latosol
|
280,86
|
157,85
|
180
|
Podsolik
merah kuning
|
280,86
|
383,68
|
156
|
Pemanenan
Tanaman
karet sudah dapat berproduksi pada umur 4 - 6 tahun setelah penanaman. Semakin
tinggi ketinggian tempat biasanya umur siap sadapnya lebih tua. Setiap kenaikan
100 m dpl umur pohon siap sadap 0,5 tahun lebih tua. Tanaman yang sudah siap
dipanen (disadap) bisanya ditandai dengan lingkar batang yang sudah mencapai 45
cm pada ketinggian 100 cm di atas tanah.
Penyadapan
tanaman karet yang berasal dari biji dilakukan pada ketinggian 100 cm dari
permukaan tanah. Sedangkan pada tanaman yang berasal dari bibit okulasi
dilakukan pada ketinggian 130 cm dari batas pertautan bidang okulasi.
Penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit batang membentuk sudut 30 - 450. Ketebalan irisan sadap
yang baik antara 1,5 - 2 mm. Sedangkan kedalaman sadap yang dianjurkan antara 1
- 1,5 mm dari lapisan kambium. Memang makin dalam penyadapan makin baik, tapi
jangan sampai menyentuh lapisan kambium.
\ Bahan kimia yang digunakan sebagai
antikoagulan adalah larutan soda (Na2CO3), amoniak (NH3)
dan Natrium-sulfit (Na2SO3). Kebutuhan antikoagulan untuk
tiap liter lateks kebun adalah sebanyak 5 - 10 cc larutan soda 10% atau 5 - 10 cc larutan amoniak 2 - 2,5% atau
5 - 10 cc larutan Natrium-sulfit 10%.
Penerimaan lateks
Jika pembayaran upah para penyadap
dilakukan untuk setiap satuan bobot karet kering, atau diberikan suatu premi
tambahan untuk kelebihan hasil yang diperoleh di atas ketetapan yang sudah
ditentukan, maka sudah seharusnya untuk kedua keadaan tersebut ditentukan
pendapatan tiap hari untuk tiap penyadap. Walaupun penyadapan dilakukan dengan
upah harian, pengawasan atas tiap penyadap seorang demi seorang juga perlu,
baik pemeriksaan atas produksi maupun kadar karet dari lateks hasil sadapannya.
Pengumpulan gumpalan karet mutu rendah
Selain
hasil yang berupa lateks, dari kebun produksi diperoleh pula beberapa bahan
bekuan yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan tersebut
dapat berupa:
1.
Skrep (scrap)
Skrep adalah bekuan lateks pada
irisan/alur sadapan. Skrep berbentuk pita panjang yang dapat diambil dari alur
sadap sesaat sebelum penyadapan dilakukan. Skrep ini digunakan sebagai bahan
baku pembuatan brown crape.
2.
Lump tanah
Lump tanah atau karet tanah adalah
lateks yang membeku pada tanah di sekitar pangkal batang di bawah irisan
sadapan. Lump tanah diperoleh terutama pada penyadapan yang mangkoknya tiap
hari diangkat dari batang. Pengumpulan lump tanah dilakukan dua kali dalam
seminggu, dan lebih baik bila dilaksanakan pada tiap kali menyadap untuk
menjaga jangan sampai diperoleh hasil karet yang berasal dari bahan baku lump
yang mutunya sangat rendah.
3.
Lump mangkok
Lump mangkok adalah lateks yang
membeku pada mangkok. Lamp mangkok diperoleh pada penyadapan yang mangkoknya
dibiarkan tetap berada pada pohon. Pengumpulan lump mangkok dilakukan setelah
selesai menyadap hari itu juga, sambil menunggu saat pengumpulan lateks. Lump
mangkok yang diperoleh dengan cara ini adalah lump yang bersih yang bila diolah
menjadi krep dapat menjadi krep mutu I, atau bila diolah menjadi karet remah
dapat menjadi SIR 10.
4.
Pengolahan SIT
Sit (sheet) adalah salah satu produk karet alam yang telah sejak lama
dikenal di pasaran. Pada masa sebelum Perang Dunia II, dalam perdagangan sit
dikenal “Java Standard Sheet”, yaitu
produk karet alam berupa lembaran-lembaran yang telah diasap, bersih dan liat,
bebas dari buluk (jamur), tidak saling melekat, warnanya jernih, tidak tidak
bergelembung udara, dan bebas dari akibat pengolahannya yang kurang sempurna.
Urutan pengolahan sit oleh petani karet yaitu mencairkan lateks, menyaring
lateks, menakar lateks, menakar asam semut, membekukan lateks, menipiskan
koagulum, menggiling pada gilingan licin, menggiling pada gilingan kembang,
mencuci lembaran, mengatur//menjemur, pengasapan dan pengeringan. Pada
perkebunan rakyat dikenal jenis sit yang lebih rendah kualitasnya yang umumnya
dihasilkan oleh petani-petani karet yang mengolah lateks menjadi sit dengan
cara yang sederhana. Jenis sit yang kedua ini ada dua macam yaitu sit angin dan
sit asap. Sit angin adalah lembaran-lembaran sit yang dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan, dan umumnya berwarna putih kekuning-kuningan. Sedangkan sit
asap berwarna coklat karena lembaran-lembaran sit tersebut mengalami
pengasapan.
UKURAN SIT STANDAR
Standar model
|
Berat (kg)
|
Panjang (cm)
|
Lebar (cm)
|
Tebal (mm)
|
Besar
|
1,5
|
135
|
45
|
3,35
|
Sedang
|
1,2-1,3
|
135
|
45
|
2,50
|
Kecil
|
1,0
|
90
|
45
|
3,35
|
5.
Pengolahan krep
Krep (crepe) adalah produk lainnya yang dihasilkan dalam pengolahan karet
alam. Bila menggunakan bahan baku lateks, pelaksanaan pungutan lateks atau
penyadapan di kebun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh krep
yang baik kualitasnya. Proses pembuatan krep dengan bahan baku lateks
berlangsung dengan urutan pengolahan: penyaringan, pencampuran dan pengenceran
lateks; pembekuan; penggilingan; pengeringan; sortasi; dan pembungkusan. Produk
krep dapat digolongkan menjadi beberapa macam krep tergantung dari bahan baku
atau perlakuan khusus untuk tujuan tertentu. Macam-macam krep yang dimaksud
adalah:
1)
Thin
pale crepe
Berupa lembaran-lembaran krep yang
tipis berwarna kuning muda dengan tebal antara 1,0 - 1,7 mm. Krep ini berasal
dari bahan baku lateks. Secara umum thin
pale crepe inilah yang disebut krep.
2)
Thin
brown crepe
Berupa lembaran-lembaran krep yang
tipis berwarna kuning kecoklat-coklatan berasal dari bahan karet mutu rendah,
seperti: screp, lump, busa dan sebagainya. Tebal lembaran 1,5 - 2,0 mm.
3)
Sole
crepe
Sole
crepe atau krep-sol adalah beberapa jenis krep yang licin
dan rata, berwarna muda yang dikempa (dipres) menjadi lembaran-lembaran yang
tebalnya berkisar antara 3,2 - 6,4 mm.
6.
Pengolahan karet remah
Karet remah (crumb rubber) adalah produk karet alam yang relatif baru. Dalam
perdagangan dikenal dengan sebutan “karet spesifik teknis”, karena penentuan
kualitas atau penjenisannya dilaksanakan secara teknis dengan analisis yang
teliti di laboratorium dan dengan menggunakan perlengkapan analisis yang
mutakhir.
Pada akhir-akhir ini dirasakan
adanya persaingan yang makin kuat antara karet sintesis dan karet alam, di mana
pada saat ini baik produksi maupun pemakaiannya, karet sintesis lebih tinggi
daripada karet alam. Jalan keluar yang harus ditempuh oleh karet alam adalah
berusaha mengatasi saingan tersebut dengan jalan menrunkan biaya produksi dan
memperbaiki penyajiannya di pasaran dunia dengan bentuk baru yang berbeda
dengan hasil pengolahan secara konvensional dengan mengikuti bentuk produk
karet sintesis, yaitu berbentuk bongkah. Bentuk bongkah dibuat setelah bahan
baku karet alam ini melalui peremahan lebih dahulu, sehingga disebut juga karet
remah atau crumb rubber. Karet spesifikasi teknis adalah jenis produk
karet :
a. Yang
diperdagangkan dengan spesifikasi mutu teknis dengan bermacam-macam
karakteristik antara lain : SIR 5 CV, SIR 5 LV, SIR 5 L, SIR 5, SIR 10, SIR 20
dan SIR 50.
b. Yang
diperdagangkan dengan bentuk bongkah berukuran 28 × 14 × 6,5 inci3
atau 70 cm × 35 cm × 16,25 cm dengan
bobot 33,3 kg, 34 kg dan 35 kg per bongkah, terbungkus rapi dengan plastic
politein setebal 0,03 mm dengan titik pelunakan 1080C, berat jenis (specific gravity) 0,92 dan bebas dari
bermacam-macam pelapis (coating).
STANDAR SPESIFIKASI SIR
Spesifikasi
|
SIR
5
|
SIR
20
|
SIR
35
|
SIR
50
|
Kadar Kotoran (%)
|
0,05
|
0,20
|
0,35
|
0,50
|
Kadar Abu (%)
|
0,50
|
0,75
|
1,00
|
1,25
|
Kadar Zat Menguap (%)
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
7.
Pengolahan lateks pekat
Selain ketiga bentuk produk alam yang telah
diuraikan yaitu sit, krep dan karet remah, dalam perdagangan masih dikenal jenis
produk lainnya yang masih berbentuk lateks.
Lateks kebun umumnya mengandung kadar karet (KKK) antara
25-35%. Lateks ini belum dapat dipasarkan karena masih terlalu encer dan belum
sesuai untuk digunakan sebagai bahan industri karet pada umumnya. Dengan
demikian, lateks ini perlu dipekatkan terlebih dahulu hingga memiliki kadar
karet kering 60% atau lebih. Lateks dengan KKK 60% atau lebih ini dikenal
dengan sebutan lateks pekat (concentrate
latex). Proses pembuatan lateks pekat secara besar dapat dilakukan dengan
tiga cara : pemusingan (centrifuge),
pendadihan (creaming), dan penguapan
(evaporating), akan tetapi cara yang
disebut terakhir ini tidak banyak dilakukan.
Peranan karet
Peranan karet dan barang karet
terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil mengingat Indonesia
merupakan produsen karet no 2 terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,55
juta ton pada tahun 2007 setelah Thailand (produksi sebesar 2,97 juta ton) dan
Negara yang memiliki luas lahan karet terbesar di dunia dengan luas lahan
mencapai 3,4 juta hektar di tahun 2007. Sedang Perkembangan harga karet
menunjukkan trend cukup baik akibat meningkatnya permintaan dari Negara
berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi yang sedang
mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi oleh industrialisasi seperti Cina (rata-rata pertumbuhan ekonomi
sebesar 10%) dan India (8%). Disamping dari negara tersebut, permintaan dari
Negara industrijuga cukup tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea dan
Negara-negara industri di Eropa.
Menurut Perkiaraan IRSG (Internasional Rubber Study Group) pada tahun 2020 dengan proyeksi permintaan dunia mencapai 10,9 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi per tahun sebesar 99%, akan terjadi kekurangan pasokan karet bila produksi karet tidak mengalami pertumbuhan tinggi (di atas 9%).
Disamping pengelolaan lahan, optimalisasi di sector hilir karet juga perlu ditingkatkan. Hal tersebut terkait dengan masih rendahnya penyerapan hasil perkebunan karet oleh sektor industri pengolahan. Hanya sekitar 10 - 15% hasil produksi karet alam yang dipergunakan industri dalam negeri baik untuk industri ban, alas kaki, otomotif dan sarung tangan. Kondisi karet mengakibatkan produsen karet menitik beratkan hasil berupa karet mentah untuk kebutuhan ekspor. Hal ini disebabkan pemrosesan karet menjadi produk barang jadi karet untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri lebih banyak diimpor. Berbeda dengan Indonesia, Cina dan India yang juga merupakan produsen utama karet alam dan mengkonsumsi hampir seluruh produksinya untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan,
A. I., 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta
Setyamidjaja,
D., 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.